Kemenkes Lakukan Pendekatan Keluarga Demi Tangani Masalah Gizi
Suara.com - Kemenkes Lakukan Pendekatan Keluarga Demi Tangani Masalah Gizi
Pengentasan masalah gizi di Indonesia kini dilakukan dengan pendekatan keluarga. Dalam pendekatan ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama tak lagi hanya menunggu kasus namun juga harus menjemput bola dengan mengunjungi keluarga-keluarga Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, drg Oscar Primadi dalam peringatan Hari Gizi Nasional ke-59. Menurut Oscar, permasalahan gizi tak hanya mencakup status sosial ekonomi namun juga pengetahuan mengenai gizi seimbang.
"Ini artinya puskesmas sudah menjemput bola. Jadi proses melihatnya secara komprehensif bagaimana keadaan keluarga, asupan gizi sehari-hari dan pola asuh. Tentu kita harus tahu bahwa masalah gizi sudah dimulai saat awal kehamilan. Jadi semua segmen kita intervensi lewat pendekatan keluarga," ujar Oscar di Kementerian Kesehatan, Jumat (25/1/2019).
Ia menambahkan salah satu komponen terpenting dalam pembangunan kesehatan, adalah terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Ia mengingatkan pula bahwa periode kehamilan hingga anak berusia 2 tahun merupakan kesempatan emas dalam mencetak generasi berkualitas bebas stunting dan masalah gizi lainnya.
"Intervensi pada periode 1.000 HPK tidak boleh diabaikan, karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas seseorang. Lantaran ancaman stunting dan masalah gizi lainnya berdampak besar bagi negara," imbuh dia.
Kekurangan gizi pada masa janin dan anak usia dini akan berdampak pada perkembangan otak dan rendahnya kemampuan kognitif yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan keberhasilan pendidikan. Selain itu, kekurangan gizi di awal kehidupan berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular pada usia dewasa, seperti diabetes tipe Il, stroke, penyakit jantung dan lainnya.
"Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak pada menurunnya produktivitas yang selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan di masyarakat," imbuh dia.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI dr. Kirana Pritasari, MQIH memaparkan, peringatan HGN ke-59 tahun 2019 bukan sekadar seremonial semata. Harapannya dapat meningkatkan komitmen dan mempererat kolaborasi seluruh elemen bangsa untuk bekerja bersama membangun gizi dalam upaya mencegah stunting demi bangsa Indonesia yang sehat dan berkualitas.
"Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada tantangan berbagai permasalahan gizi, yaitu masih tingginya prevalensi stunting (pendek atau kerdil), underweight (berat kurang), wasting (kurus), dan anemia pada ibu hamil serta semakin meningkatnya obesitas pada dewasa. Berbagai masalah gizi tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat peluang Indonesia untuk menjadi negara maju," ujar Kirana.
Berbagai permasalahan gizi saat ini baik gizi kurang termasuk stunting dan gizi lebih, ternyata tak hanya dialami masyarakat menengah ke bawah atau pedesaan tapi terjadi hampir di seluruh strata ekonomi masyarakat termasuk perkotaan.
"Hal ini menunjukkan bahwa pemicu masalah gizi tersebut bukan hanya kemiskinan, namun juga kurangnya pengetahuan masyarakat akan pola hidup sehat dan pemenuhan gizi yang optimal," tandas dia.
Baca Kelanjutan Kemenkes Lakukan Pendekatan Keluarga Demi Tangani Masalah Gizi : http://bit.ly/2Mv2iVQ
0 komentar:
Posting Komentar