Hillary Duff Makan Plasenta Setelah Melahirkan, Ini Fakta Soal Plasentofag
Suara.com - Plasentofag ibu, yang paling sering disebut dengan istilah sederhana memakan plasenta tak lama setelah kelahiran adalah topik pembicaraan yang sangat besar di dunia kedokteran dan budaya populer saat ini.
Meski masih menimbulkan pro dan kontra, sejumlah nama-nama populer pernah melakukannya. Seperti Tamera Mowry, Mayim Bialik, dan Alicia Silverstone. Serta, yang terbaru ialah akrtis dan penyanyi asal Amerika Hilary Duff dilansir Scarymommy.
Perempuan yang telah memiliki dua orang anak ini mengungkapkan keputusannya untuk menelan plasenta. Uniknya, Hillary menjadikan plasenta ke bentuk smoothie dan disimpan menjadi es batu untuk penggunaan lebih lanjut.
"Aku belum pernah merasakan smoothie yang menyenangkan sejak aku berumur 10 tahun. Biasanya smoothie dipenuhi dengan kalori, jus dan buah-buahan dan semuanya lezat," ujar dia.
Banyak orang ingin menelan plasenta mereka, karena mereka percaya plasenta dikemas penuh dengan zat besi dan vitamin B6 dan B12. Beberapa juga berteori bahwa kehadiran estrogen dan progesteron dalam plasenta, yang hadir setelah melahirkan , dapat membantu untuk memerangi depresi pascapersalinan dan kondisi mood pascapersalinan lainnya. Jadi pada dasarnya, pendukung melihatnya seperti makanan super preventif.
Meskipun ini dilihat sebagai hal yang aneh, ada beberapa pendapat yang tetap setuju pada kebaikan plasenta. Ada beberapa cara untuk menelannya. Cara yang paling umum adalah mendehidrasi dan memasukkannya ke dalam pil.
Beberapa, seperti Duff, memasukkannya ke dalam smoothie atau es batu, yang lain digiling menjadi bubuk, dan jika Anda ingin lebih mudah, Anda bisa memasaknya dan memakannya utuh.
Tapi apa yang dikatakan oleh medis terkait hal ini? Yah, seperti kebanyakan hal, itu tergantung pada siapa Anda bertanya.
Pada 2017, Center for Disease Control and Prevention (CDC) merilis laporan yang mengatakan tidak ada protokol resmi yang menyatakan plasenta dapat dikonsumsi. Mereka mengutip seorang perempuan di Oregon yang menularkan infeksi serius pada anaknya setelah plasenta yang terkontaminasi dienkapsulasi.
Akibatnya, bayi mengalami kelompok B Streptococcus agalactiae (GBS) dan membutuhkan dua kali rawat inap terpisah. CDC mencatat kemungkinan kerabat telah menularkan kondisi tersebut kepada bayi yang baru lahir. Tetapi ketika diuji, sampel plasenta memberikan hasil positif untuk GBS juga.
Namun, awal tahun ini, University of Nevada, Las Vegas dan Oregon State University berkolaborasi dalam penelitian yang bertujuan untuk memeriksa kembali risiko konsumsi plasenta dan diterbitkan dalam jurnal medis Birth.
Setelah meninjau 23.000 catatan kelahiran, mereka memeriksa peningkatan di tiga bidang, yakbi penerimaan Unit Perawatan Intensif Neonatal dalam enam minggu pertama kehidupan, rawat inap neonatal dalam enam minggu pertama dan kematian neonatal atau bayi dalam enam minggu pertama. Melihat tidak ada hubungannya, mereka menyimpulkan bahwa konsumsi plasenta ibu tidak membahayakan bayi baru lahir.
Sementara penelitian ini menemukan plasenta ibu tidak memiliki dampak negatif pada bayi, mereka tidak melihat ke dalam berbagai manfaat kesehatan mental yang membuat perempuan bergegas untuk memakan plasenta mereka di tempat pertama.
Tidak mengherankan, tampaknya mengonsumsi plasenta sama seperti obat alami. Namun, sebelum menelan plasenta Anda dalam bentuk apa pun, Anda harus melakukan tiga hal, yakni berbicara dengan dokter Anda, melakukan riset informasi medis terkini dan studi ilmiah yang diulas sejawat tentang masalah ini dan memutuskan apakah Anda merasa nyaman berurusan dengan konsekuensi negatif potensial.
Hanya karena Plasentofag itu bekerja untuk teman Anda, bukan berarti itu akan berhasil untuk Anda, dan sebaliknya, karena menurut kedokteran setiap orang memiliki kondisi berbeda setelah kelahiran.
Baca Kelanjutan Hillary Duff Makan Plasenta Setelah Melahirkan, Ini Fakta Soal Plasentofag : http://bit.ly/2HdZiOJ
0 komentar:
Posting Komentar